Cerpen Cinta yang Terlambat eaaak..

Cinta Yang Terlambat
Cerpen Karangan: Valena Manda Sari

Deretan cerita di kehidupanku, entah kenapa aku tidak bisa melupakan dia. Banyak momen-momen bersama dengannya. Aku selalu mengenang ceritaku bersamanya di kelas 10 SMA ini. Berawal dari perjumpaan kami, kami duduk berseberangan dan berdekatan. Aku adalah orang tipikal pendiam dan susah diajak bergaul alias kuper, tapi di balik itu aku punya kelebihan. Aku sering masuk 3 besar dan pernah menang olimpiade matematika.
Sementara dia agresif, usil, nakal dan menyenangkan. Kelasku sepi tanpa kehadirannya. Entah mengapa perbuatannya yang selama ini baik kepadaku. Lambat laun dia sering mengganggu hidupku dan menjahiliku. Membuat benci dan kesal kepadanya. Dia pernah menaruh permen karet di bangkuku, dan melempar sampah banyak banget di bawah mejaku. “berhentilah. Ai dah!!!” teriakku kepadanya saat dia meyobek kertasnya dan melemparkan tepat mengenai kepalaku.
Pertempuran ini tidak pernah berakhir, sampai-sampai semua orang memperhatikan tingkah kami berdua. Pernah juga dia mengejekku abis-abisan karena aku pacaran dengan Kakak kelas dan membuatku menangis dan tak terima dia bilang begitu. “maaf yah si, aku nggak mengulanginya lagi!” ujarnya. Aku hanya diam ketika dia bilang begitu. Dia terus minta maaf. Saat aku bertemu dengannya dia selalu mencoba minta maaf. Tapi hati ini begitu berat, yang ku lakukan hanya berusaha jutek abis ke dia. Kenapa harus aku yang sering diganggu oleh dia, apa aku ini terlihat bodoh.
Seminggu kami tidak teguran, dan seminggu ini dia cuti gangguin dan ngusulin. Sampai suatu hari terpaksa aku akrab dengannya, gara-gara kami satu kelompok. Ketika sedang asyik browsing di internet untuk mencari tugas di laptop. Dia malah asyik tidur. Membuatku bete dan pergi sebentar untuk meninggalkannya. “orang iitu nggak pernah nyenengin hati orang!” gumamku.
Tenggorokanku kering dan aku mencoba ke dapur untuk mengambil minum. Tugas kelompok ini begitu menyebalkan. Hanya ada aku dan dia. Dan yang mengerjakan semua ini aku, begitu menjiijikkan. Saat aku berbalik ke belakang, tiba-tiba ada sosok menyeramkan membuatku terkejut dan hampir jatuh. Beruntung ada orang yang menahanku supaya tidak terjatuh dan ia adalah Tias. Cowok yang menyebalkan itu.
“makannya hati-hati!” ujarnya.
“kamu juga ngagetin, wajah lo sumpah menyeramkan banget kalau abis tidur” jawabku.
Aku segera menuju ke ruang tengah dan melanjutkan pekerjaanku tadi. Sekarang entah kenapa dia tiba-tiba sudah ada di sampingku.
“kamu lagi kamu lagi, bikin aku terkejut aja!” ujarku kaget saat menoleh ke samping. Dia hanya senyum-senyum gak jelas.
Keesokan harinya sekolahku ada festival Kartini dan yang lebih uniknya sekolah menyuruh kami untuk merias dan make up di dalam kelas masing-masing. Untuk belajar dan menghemat biaya, daripada ke salon. Kami didampingi guru yang ahli dalam bidang ini. Aku mengoleskan foundation ke wajahku dan Tias mengambil bedak padat yang ingin aku pakai setelah ini.
“sini kembalikan, itu barang pinjaman!” teriaku kepadanya.
Dia seolah-olah tak mendengar ucapanku dan menaruh bedak padat itu di kusen-kusen yang tingginya minta ampun. Aku mana mungkin bisa mengambilnya. Dengan baik hati, guru yang memperhatikan kami berdua. Segera menyuruhku ke sini dan mencoba memakaikan make up ke wajahku. Wajah yang kusam tadi terlihat cerah. Mata yang kecil sekarang nampak besar, dan saat selesai pakai make up terlihat perubahan yang sangat tajam di diriku ini. Semua orang memperhatikanku dan memuji kecantikanku.
“Sisi. Cantik banget!” ujar Tasya.
Aku hanya tersenyum dan merapikan alat make up-ku. Dan menyuruh temanku yang tinggi dan besar mengambil bedak yang berada di kusen-kusen itu.
“sini aku aja yang ngambilin!” ujar seseorang dan saat aku menoleh ternyata itu Tias. Dia yang jahat dan dia juga yang baik.
Tias mengambilnya dan tersenyum melihatku. Nggak biasanya nih orang begini. Kesurupan apa! Tak sengaja aku melihat ada cermin di depanku, wajah yang cantik, wajah yang tebal dimake-up gini, apa bagusnya? Aku membalas senyum yang tak biasanya itu. “cantik yah. Ternyata kamu!” ujarnya membuatku tersipu malu. Entah mengapa jantungku berdebar cepat dan tak biasanya.
Hari kenaikan kelas. Membuatku berpikir lagi apakah aku akan bisa melupakan Tias. Kenangan-kenangan aku bersamanya. Walaupun dia sering ngusilin dan ganggu hidup aku. Entah mengapa itu adalah kebahagian kecil buatku yang senang mengingat kejadian itu bersamanya. Rasa kangen dan rindu ini selalu ada. Sampai takdir memisahkan kami, kami tidak sekelas lagi. Aku jarang bertemu dengannya dan merasakan rindu yang luar biasa. Dari dulu aku pengen sekali jauh dari dia, tapi saat aku mengingat kenanganku bersamanya rasa rindu itu bermunculan lagi. Yah benar aku merindukannya, apakah dia juga merasa hal yang sama.



Komentar

Postingan Populer